Media sosial diakui atau tidak saat ini menjadi media efektif kampanye dari kelompok ekstrim atau komunitas anti sosial, paling baru adalah metode rekruitmen ISIS yang ternyata banyak mendapat applaus ketika dilakukan di media sosial. Berbondong-bondong warga negara dari berbagai belahan dunia bergabung dengan ISIS. Tapi penulis tidak menyorot soal ISIS, tapi fenomena penawaran jasa seksual yang sangat terang-terangan di media sosial populer, twitter san facebook. Coba saja di twitter ketik hastag #bis..., #bis..jakarta, akan twit dari penawar jasa ini. Ternyata penawar jasa ini tidak hanya untuk yang berperilaku normal, tapi ada juga yang menyediakan jasa yang menyimpang. (mohon diartikan sendiri).
Tehnologi olah foto hasil bidikan kamera smartphone dalam hal ini termanfaatkan secara optimal, permukaan wajah yang berkontur menjadi smooth, sehingga pesona pemilk account terpancar. Selain medsos diatas, media pertemanan lainnya yang muncul seperti Badoo, snapchat kian menyuburkan bisnis. Yang menarik, bisnis ini tidak lagi bersifat lokal dalam satu kota, tapi sudah seperti bus AKAP, antar kota antar propinsi. Secara tehnis medsos memudah para pencari kenikmatan surgawi melakukan per-booking antara kota bila dia akan berpergian ke kota tertentu. Sebab data penyedia jasa ini tiap kota sudah tersedia di medsos. Luar biasa bisnis bila dilihat transaksi nya, karena tidak pernah sepi order, supply dan demand selalu terjaga.
Sungguh memprihatikan kondisinya, budaya instant dan konsumerisme bisa jadi pendorongnya. Cukup hanya dengan posting status available booking, seorang penyedia jasa ini bisa meraup jutaan rupiah dalam sehari. Lalu bagaimana dengan fenomena LGBT ? Meski belum sebanyak penyedia jasa konvensional, kelompok trans gender secara terang-terangan memasarkan jasa mereka. Baik lewat medsos maupun messenger, sedangkan kaum biseksual dan lesbi pun mulai eksis. Coba saja searching dengan hastag #les..., pasti tertangkap, ada account yang menyediakan jasa itu. Memang soal ini adalah ranah pribadi, tapi sebgai orang tua kiranya kita perlu was -was dan mewaspadai perilaku anak-anak kita dalam menggunakan medsos dan messenger.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/sigitbc/fenomena-jual-diri-lewat-medsos-sarana-lgbt-eksis_559a26fa949373ff10a54360Labels: medsos